dr.Bambang Widjanarko,SpOG :
Struktur LH dan FSH
Hipofisis memproduksi 2 gonadotropin yaitu LH – Luteinizing Hormone dan FSH – Follicle Stimulating Hormone yang penting bagi keberlangsungan fungsi gonad dan sistem reproduksi manusia.
Kelompok utama hormon hipofisis anterior : kelompok glikoprotein
- TSH – thyroid stimulating hormone
- LH - Luteinizing hormone
- FSH – Follicle stimulating hormone
Kelompok kedua hormon hipofisis anterior :
- GH – growth hormone
- Prolaktin
Kelompok ketiga :
- Adrenocorticotropin
- Lipotropin
- Melanotropin
- Endorfin
LH, FSH dan TSH secara struktur memiliki kemiripan satu sama lain dan dibentuk oleh dua subunit protein yang berbeda yaitu α dan β. Gonadotropin yang spesifik untuk kehamilan yaitu hCG – human chorionic gonadotropin merupakan glikoprotein keempat yang terbentuk dari rantai α dan β. Subunit α untuk keempat glikoprotein tersebut identik, dan pada masing masing glikoprotein tersebut memiliki rantai β yang spesifik.
Regulasi FSH dan LH
Pengaturan fungsi gonadotropin di modulasi oleh :
- Faktor hipotalamus melalui GnRH
- Faktor hipofisis ( regulasi autokrin )
- Umpan balik gonad ( steroid dan peptida repoduksi )
Siklus ovulatoar normal dapat dibagi menjadi :
- Fase Folikular
- Fase luteal
Fase folikular bermula saat awal menstruasi dan mencapai puncaknya pada lonjakan LH praovulasi. Fase luteal diawali dengan lonjakan LH praovulasi sampai hari pertama haid.
GnRH di sintesis dalam nukleus arkuatus dan disalurkan sepanjang akson sel neuroendokrin melalui eminensia mediana hipotalamus. Pelepasan GnRH dilakukan dalam bentuk pulsasi dan dalam keadaan basal frekuensinya satu denyut setiap jam. Frekuensi pelepasan GnRH paling cepat terjadi pada fase folikular dan sedikit melambat pada fase luteal awal dan paling lambat pada fase luteal lanjut, Frekuensi denyut yang cepat akan membantu sekresi LH dan frekuensi denyut yang lambat membantu pelepasan FSH. Denyut yang lambat pada fase lueal lanjut dibutuhkan untuk meningkatkan kadar FSH yang penting untuk memulai siklus menstruasi lebih lanjut.
Penurunan kadar estradiol dan progesteron akibat regresi corpus luteum dari siklus sebelumnya mengawali kenaikan kadar FSH melalui mekanisme umpan balik negatif yang merangsang pertumbuhan folikel dan sekresi estradiol. Dengan rendahnya kadar estradiol terjadi mekanisme umpan balik negatif yang akan menyebabkan pelepasan LH dari hipofisis. Dengan meningkatnya kadar estradiol pada akhir fase proliferasi terjadi mekanisme umpan balik positif sehingga terjadi lonjakan LH dan ovulasi. Progestin yang terdapat dalam pil KB menyebabkan terjadinya umpan balik negatif pada GnRH sehingga tidak terjadi pelepasan hormon gondadotropin dan tidak terjadi ovulasi.
Selama fase luteal, baik LH maupun FSH akan ditekan melalui efek umpan balik negatif dari meningkatnya kadar estradiol dan progesteron sirkulasi. Inhibisi akan terus berlangsung sampai kadar estradiol dan progesteron menurun menjelang akhir fase luteal akibat regresi corpus luteum saat tidak terjadi kehamilan. Efek akhir adalah meningkatnya kadar FSH yang menyebabkan pertumbuhan folikel baru pada siklus berikutnya. Dalam keadaan tidak terjadi kehamilan durasi fungsi corpus luteum umumnya 14 hari setelah lonjakan LH.
Inhibin , Aktivin dan Folistatin
Inhibin, aktivin dan folistatin adalah peptida yang diproduksi ovarium, testis, hipofisis dan plasenta yang mempengaruhi fungsi gonadotropin. Sesuai dengan namanya, inhibin berperan menurunkan fungsi gonadotropin dan aktivin berperan dalam menstimulasi fungsi gonadotropin.
Folistatin adalah peptide hipofisis dan perannya adalah inhibisi gonadotropin namun potensinya hanya sepertiga inhibin.
Steroid gonad menggunakan kontrol umpanbalik negatif dalam mengendalikan sintesa dan sekresi FSH dan LH. Pada sel-sel gonadotropin di hipofisis dan sejumlah neuron hipotalamus memiliki reseptor estrogen, progesteron dan androgen.
Mekanisme kerja gonadotropin
Reseptor hormon glikoprotein terdapat pada membran plasma sel target di gonad. Ditemukan reseptor FSH dan LH yang berbeda. Reseptor LH dan FSH terdapat di dalam membran plasma sel sel granulosa sel ovarium dan sel Serttoli di Testis. FSH menyebabkan proliferasi sel granulosa di sekitar folikel yang sedang berkembang dan biosintesis estrogen oleh sel ini. Setelah ovulasi, sel teka sekeliling folikel ovarium yang sudah pecah di ubah menjadi corpus luteum. Corpus Luteum merespon stimulasi LH dengan memproduksi progesteron.
Pada pria, FSH menstimulasi spermatogenesis dalam epitel seminiferus dan produksi “protein binding androgen”, aromatase dan inhibin oleh sel Sertoli. LH menstimulasi produksi testosteron oleh sel Leydig. Testosterone meningkatkan maskulinisasi pada lokasi target perifer setelah dikonversi menjadi metabolit yang lebih poten yaitu dehidrotestosteron – DHT
dr.Bambang Widjanarko,SpOG
email : dodo.widjanarko@gmail.com