Pages

Rabu, 06 Januari 2010

SIKLUS MENSTRUASI

dr.Bambang Widjanarko, SpOG

Fak. Kedokteran & Kesehatan UMJ Jakarta

 

Untitled-2

 

Gametogenesis dan steroidogenesis pada pria pasca pubertas berlangsung secara terus menerus, namun pada wanita pasca pubertas terjadi perubahan siklis berulang dalam poros hipotalamus – hipofisis – ovarium sehingga terjadi :

1. Pematangan dan pelepasan gamet dari ovarium

2. Persiapan uterus menghadapi proses implantasi hasil konsepsi

Bila tidak terjadi konsepsi, setiap siklus berakhir dengan perdarahan menstruasi.

Untuk memahami proses dalam siklus menstruasi maka proses ini dibagi menjadi 4 fase berdasarkan perubahan fungsional dan morfologis pada enometrium dan ovarium :

1. Fase folikuler ( fase proliferasi )

2. Ovulasi

3. Fase Luteal ( fase sekresi )

4. Fase Menstruasi

 

FASE FOLIKULER

 

Ini adalah fase pertama dalam siklus menstruasi sebelum ovulasi. Pada siklus menstruasi 28 hari, fase ini berlangsung selama 14 hari. Pada siklus yang lebih atau kurang dari 28 hari, maka lama fase folikuler ini berlangsung krang atau lebih dari 14 hari, lama fase luteal selalu tetap yaitu selama 14 hari.

Selama fase ini, sejumlah folikel ovarium mengalami proses pematangan namun hanya satu diantaranya yang dapat mencapai tahap matang ( folikel dominan atau folikel de Graaf )

Hari pertama siklus menstruasi adalah hari pertama fase foliuler. 4 – 5 hari pertama fase folikuler  terjadi proliferasi dan aktivasi aromatase sel granulosa yang di induksi oleh FSH. sel teka dari folikel yang berkembang menghasilkan prekursor androgen  yang selanjutnya di konversi menjadi estradiol .

Pada hari ke 5 – 7 terjadi dominasi dari  satu folikel tertentu sehingga menjadi matang dan dan mengalami ovulasi pada hari ke 13 – 15, folikel ini memiliki kemampuan sintesa estradiol dan inhibin B yang tinggi. Folikel lain akan mengalami atresia.

Selama fase folikuler pertengahan dan akhir kadar etsradiol dan inhibin B yang terus meningkat akan menekan sekresi FSH.

Kadar estrogen yang tinggi menyebabkan pertumbuhan jaringan endometrium untuk persiapan terjadinya implantasi ( ini yang menyebabjan fase folikuler juga disebut sebagai fase proliferasi )

 

FASE OVULASI

Selasa, 10 November 2009

2. GONADOTROPIN

dr.Bambang Widjanarko,SpOG :

clip_image002

Struktur LH dan FSH

Hipofisis memproduksi 2 gonadotropin yaitu LHLuteinizing Hormone dan FSHFollicle Stimulating Hormone yang penting bagi keberlangsungan fungsi gonad dan sistem reproduksi manusia.

Kelompok utama hormon hipofisis anterior : kelompok glikoprotein

  • TSHthyroid stimulating hormone
  • LH - Luteinizing hormone
  • FSHFollicle stimulating hormone

Kelompok kedua hormon hipofisis anterior :

  • GHgrowth hormone
  • Prolaktin

Kelompok ketiga :

  • Adrenocorticotropin
  • Lipotropin
  • Melanotropin
  • Endorfin

LH, FSH dan TSH secara struktur memiliki kemiripan satu sama lain dan dibentuk oleh dua subunit protein yang berbeda yaitu α dan β. Gonadotropin yang spesifik untuk kehamilan yaitu hCG human chorionic gonadotropin merupakan glikoprotein keempat yang terbentuk dari rantai α dan β. Subunit α untuk keempat glikoprotein tersebut identik, dan pada masing masing glikoprotein tersebut memiliki rantai β yang spesifik.

clip_image004

Regulasi FSH dan LH

Pengaturan fungsi gonadotropin di modulasi oleh :

  1. Faktor hipotalamus melalui GnRH
  2. Faktor hipofisis ( regulasi autokrin )
  3. Umpan balik gonad ( steroid dan peptida repoduksi )

Siklus ovulatoar normal dapat dibagi menjadi :

  • Fase Folikular
  • Fase luteal

Fase folikular bermula saat awal menstruasi dan mencapai puncaknya pada lonjakan LH praovulasi. Fase luteal diawali dengan lonjakan LH praovulasi sampai hari pertama haid.

GnRH di sintesis dalam nukleus arkuatus dan disalurkan sepanjang akson sel neuroendokrin melalui eminensia mediana hipotalamus. Pelepasan GnRH dilakukan dalam bentuk pulsasi dan dalam keadaan basal frekuensinya satu denyut setiap jam. Frekuensi pelepasan GnRH paling cepat terjadi pada fase folikular dan sedikit melambat pada fase luteal awal dan paling lambat pada fase luteal lanjut, Frekuensi denyut yang cepat akan membantu sekresi LH dan frekuensi denyut yang lambat membantu pelepasan FSH. Denyut yang lambat pada fase lueal lanjut dibutuhkan untuk meningkatkan kadar FSH yang penting untuk memulai siklus menstruasi lebih lanjut.

Penurunan kadar estradiol dan progesteron akibat regresi corpus luteum dari siklus sebelumnya mengawali kenaikan kadar FSH melalui mekanisme umpan balik negatif yang merangsang pertumbuhan folikel dan sekresi estradiol. Dengan rendahnya kadar estradiol terjadi mekanisme umpan balik negatif yang akan menyebabkan pelepasan LH dari hipofisis. Dengan meningkatnya kadar estradiol pada akhir fase proliferasi terjadi mekanisme umpan balik positif sehingga terjadi lonjakan LH dan ovulasi. Progestin yang terdapat dalam pil KB menyebabkan terjadinya umpan balik negatif pada GnRH sehingga tidak terjadi pelepasan hormon gondadotropin dan tidak terjadi ovulasi.

Selama fase luteal, baik LH maupun FSH akan ditekan melalui efek umpan balik negatif dari meningkatnya kadar estradiol dan progesteron sirkulasi. Inhibisi akan terus berlangsung sampai kadar estradiol dan progesteron menurun menjelang akhir fase luteal akibat regresi corpus luteum saat tidak terjadi kehamilan. Efek akhir adalah meningkatnya kadar FSH yang menyebabkan pertumbuhan folikel baru pada siklus berikutnya. Dalam keadaan tidak terjadi kehamilan durasi fungsi corpus luteum umumnya 14 hari setelah lonjakan LH.

Inhibin , Aktivin dan Folistatin

Inhibin, aktivin dan folistatin adalah peptida yang diproduksi ovarium, testis, hipofisis dan plasenta yang mempengaruhi fungsi gonadotropin. Sesuai dengan namanya, inhibin berperan menurunkan fungsi gonadotropin dan aktivin berperan dalam menstimulasi fungsi gonadotropin.

Folistatin adalah peptide hipofisis dan perannya adalah inhibisi gonadotropin namun potensinya hanya sepertiga inhibin.

Steroid gonad menggunakan kontrol umpanbalik negatif dalam mengendalikan sintesa dan sekresi FSH dan LH. Pada sel-sel gonadotropin di hipofisis dan sejumlah neuron hipotalamus memiliki reseptor estrogen, progesteron dan androgen.

Mekanisme kerja gonadotropin

Reseptor hormon glikoprotein terdapat pada membran plasma sel target di gonad. Ditemukan reseptor FSH dan LH yang berbeda. Reseptor LH dan FSH terdapat di dalam membran plasma sel sel granulosa sel ovarium dan sel Serttoli di Testis. FSH menyebabkan proliferasi sel granulosa di sekitar folikel yang sedang berkembang dan biosintesis estrogen oleh sel ini. Setelah ovulasi, sel teka sekeliling folikel ovarium yang sudah pecah di ubah menjadi corpus luteum. Corpus Luteum merespon stimulasi LH dengan memproduksi progesteron.

Pada pria, FSH menstimulasi spermatogenesis dalam epitel seminiferus dan produksi “protein binding androgen”, aromatase dan inhibin oleh sel Sertoli. LH menstimulasi produksi testosteron oleh sel Leydig. Testosterone meningkatkan maskulinisasi pada lokasi target perifer setelah dikonversi menjadi metabolit yang lebih poten yaitu dehidrotestosteronDHT


dr.Bambang Widjanarko,SpOG

email : dodo.widjanarko@gmail.com